KALTIM - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengambil langkah antisipatif menghadapi musim kemarau dengan mempersiapkan personel dan peralatan pengendalian kebakaran lahan.
Adapun musim kemarau diprediksi mencapai puncaknya pada Agustus 2025 di Kalimantan Timur,.
Menghadapi ancaman kebakaran lahan di musim kemarau, GAPKI menggelar konsolidasi kesiapsiagaan di Hotel Novotel Balikpapan, Jumat (4/7).
Kegiatan ini melibatkan seluruh anggota GAPKI di Kalimantan Timur dan dihadiri langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq.
Ketua Bidang Sustainability GAPKI, Bambang Dwi Laksono, menyebut bahwa berdasarkan data BMKG, curah hujan terendah di Kaltim selama empat tahun terakhir terjadi pada Agustus, dengan rata-rata 142 mm per bulan.
Hal ini memperkuat potensi terjadinya kebakaran lahan, terutama di lahan gambut tempat sebagian besar sawit tumbuh.
“Berdasarkan hotspot historis, Kutai Timur menjadi wilayah paling rawan kebakaran. Kami minta semua perusahaan meningkatkan kesiapsiagaan,” ujarnya.
GAPKI menekankan tiga pilar utama dalam pengendalian kebakaran: kesiapan organisasi, sumber daya manusia, dan operasional lapangan yang mencakup peringatan dini, deteksi, pemadaman, hingga penanganan pascakebakaran.
Sosialisasi internal terus dilakukan secara daring dan luring kepada anggota.
Sementara itu, Menteri LHK Hanif Faisol menyampaikan bahwa jumlah titik api di Kaltim saat ini tercatat 15, jauh menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, namun potensi tetap harus diwaspadai. Ia meminta laporan kesiapan dari perusahaan secara berkala.