Beranda / Berita / Kebijakan / Sawit Tua, Ide Segar: Petani K...
Kebijakan

Sawit Tua, Ide Segar: Petani Ketapang Diajak Bikin Usaha dari Turunan Kelapa Sawit

Sawit yang menua bisa jadi awal cerita baru. Jika replanting kerap dianggap “masa paceklik” tiga tahun, workshop ini berupaya menanamkan ide sebaliknya.

1 Oktober 2025
14 menit membaca
Admin SahabatSawit
Sawit Tua, Ide Segar: Petani Ketapang Diajak Bikin Usaha dari Turunan Kelapa Sawit

Peserta Workshop Usaha Kecil Menengah dan Koperasi Sawit di Ketapang. FOTO : HUMAS

Bagikan:

KETAPANG – Saat batang sawit menua dan produksi buahnya merosot, 40 pelaku usaha kecil dari Kabupaten Ketapang justru diajak mencari jalan keluar lewat jalur kreatif. Caranya mengolah turunan sawit menjadi sumber penghasilan baru.

Selama dua hari, 29–30 September 2025, mereka digembleng dalam Workshop Usaha Kecil Menengah dan Koperasi (UKMK) Sawit yang digelar di sebuah hotel di Ketapang.

 Acara ini digagas Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY) bersama PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA), dengan dukungan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP).

Para peserta—sebagian besar petani sawit—didorong agar tak semata bergantung pada Tandan Buah Segar (TBS) yang kian menurun produksinya saat tanaman memasuki usia 25 tahun.

 “Kalau replanting dilakukan, produksi berhenti bisa sampai tiga tahun. Dana Rp60 juta per hektare dari BPDP memang ada, tapi kebutuhan rumah tangga petani siapa yang menanggung?” ujar Sri Gunawan, Direktur AKPY, saat memberi sambutan pembukaan. Menurutnya, workshop ini menjadi ruang bagi petani mencari alternatif usaha, dari produk turunan sawit hingga diversifikasi lain.

Replanting Sawit dan “Godaan” TBS Tinggi

 Di atas kertas, replanting wajib dilakukan setelah dua dekade lebih sawit ditanam. Namun realitas di lapangan kerap berbeda.

Banyak petani enggan menebang karena harga TBS sedang tinggi, meski buah yang dipanen makin sulit dijangkau akibat batang sawit yang menjulang.

 “Ini problem klasik. Replanting jadi macet karena petani tergoda masih ada panen. Padahal kalau ditunda, produktivitas makin turun,” kata Gunawan.

 Lewat kerja sama dengan PT BGA, AKPY mencoba mengubah pola pikir petani. Perusahaan sawit itu sudah lebih dulu mendampingi kelompok tani lewat program CSR.

Hasilnya, beberapa petani sukses merintis usaha kecil yang produknya laku di pasar.

“Target kami, produk UKM ini jangan hanya dijual di sekitar kebun, tapi bisa menembus rak supermarket,” ujarnya.

Modal, Akses, dan Jaringan

Salah satu kendala utama UKM sawit ialah modal dan legalitas. Dalam workshop kali ini, Bappenas dihadirkan untuk membahas skema pembiayaan, mulai dari bantuan hingga pinjaman berbunga rendah. Selain teori, ada pula praktik usaha serta sesi membangun jaringan antarpeserta.

 “Kami ingin mereka tidak hanya belajar produksi, tapi juga pemasaran dan supply bahan baku. Itu yang akan memperkuat ekosistem usaha,” kata Gunawan.

Pemerintah daerah menyambut baik inisiatif ini. Edi Radiansyah, Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan dan Perindustrian Ketapang, menilai workshop ini bisa menjadi inspirasi kolaborasi dengan perusahaan lain.

“Ketapang punya 80 perusahaan sawit dari berbagai grup. Harapan kami, pendampingan semacam ini bisa meluas,” katanya. (zan)

Tag:

Workshop Usaha Kecil Menengah dan KoperasiUKMK SawitBadan Pengelola Dana PerkebunanBPDPPT BGAPT BGA Ketapang

Berita Terkait