Beranda / Berita / CSR & Lingkungan / Ketika Ketua Umum GPPI Mencant...
CSR & Lingkungan

Ketika Ketua Umum GPPI Mencanting Batik Sawit: Jejak Seni di Tengah Industri Sawit

Ketertarikan Delima Hasri Azahari bukan sekadar basa-basi. Ia turun langsung, mencoba canting, dan menyerap cerita di balik motif serta proses kreatif batik sawit.

4 Juni 2025
14 menit membaca
Admin SahabatSawit
Ketika Ketua Umum GPPI Mencanting Batik Sawit: Jejak Seni di Tengah Industri Sawit

Ketum GPPI elima Hasri Azahari, tampak telaten mencanting . FOTO : BPDP

Bagikan:

Di tengah hiruk-pikuk pameran industri kelapa sawit terbesar di Asia Tenggara, sebuah momen sederhana namun penuh makna tercipta.

Tangan Ketua Umum Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI), Delima Hasri Azahari, tampak telaten mencanting selembar kain putih dengan cairan malam berbahan dasar sawit.

Di sekitarnya, aroma khas malam menyeruak, berpadu dengan ketukan halus alat canting yang menari di atas kain. Inilah batik sawit—sebuah inovasi yang memadukan seni tradisional dengan potensi industri perkebunan modern.

Momen ini terjadi dalam gelaran Palmex Indonesia 2025, yang berlangsung pada 14–15 Mei 2025 di Jakarta International Expo, Kemayoran.

Dengan mengusung tema “Palm Oil 4.0: Digitalization for a Sustainable Industry”, Palmex tahun ini menampilkan wajah baru industri sawit—bukan hanya sebagai komoditas ekspor atau bahan bakar ramah lingkungan, tetapi juga sebagai sumber kreativitas budaya.

Salah satu sorotan datang dari stan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang menggandeng mitra-mitra UKMK untuk menampilkan produk turunan sawit.

Di antara deretan produk inovatif, Batik Sawit dari CV. Smart Batik Indonesia menjadi magnet tersendiri.

Tak hanya dipajang, batik ini juga dipertunjukkan secara langsung melalui demo membatik, di mana pengunjung dapat mencoba mencanting menggunakan malam sawit.

Ketertarikan Delima Hasri Azahari bukan sekadar basa-basi. Ia turun langsung, mencoba canting, dan menyerap cerita di balik motif serta proses kreatif batik sawit.

Selesai mencanting, Delima bahkan membeli beberapa lembar batik, dan menyatakan dukungan penuhnya terhadap upaya yang dilakukan oleh sang perintis, Miftahudin Nur Ihsan, CEO Smart Batik Indonesia.

“Bagus, bagus sekali. Insyaa Allah kita kembangkan batik perkebunan,” ujar Delima, penuh antusias, dikutip BPDP.

Miftahudin—yang akrab disapa Ihsan—tak bisa menyembunyikan rasa syukurnya. Alumni penerima beasiswa Bidikmisi dan LPDP itu memang memiliki visi besar: menjadikan batik sebagai medium baru untuk mengenalkan keberagaman tanaman perkebunan Indonesia.

“Luar biasa. Kami semakin mantap untuk mengembangkan batik perkebunan, bukan hanya sawit, tetapi juga tanaman-tanaman perkebunan lainnya,” ujarnya dengan semangat.

Bagi Ihsan, batik bukan sekadar kain, melainkan narasi yang hidup. Dan batik sawit bukan hanya simbol dari inovasi, tapi juga jembatan antara industri dan budaya, antara kinerja ekonomi dan ekspresi seni.

Melalui kehadiran tokoh seperti Delima yang tak ragu menyingsingkan lengan dan turun mencanting, pesan itu menguat.

Bahwa masa depan industri perkebunan Indonesia bukan hanya terletak pada produktivitas, tapi juga pada keberanian berinovasi dan merangkul kearifan lokal sebagai kekuatan.

Dan di balik canting yang meliuk di atas kain, sejarah baru sedang ditulis—dengan malam sawit sebagai tintanya. (zan)

Tag:

Gabungan Perusahaan Perkebunan IndonesiaDelima Hasri AzahariBPDPKS

Berita Terkait