JAKARTA - PT Astra Agro Lestari Tbk menegaskan tak akan menambah luas kebun sawitnya. Alih-alih membuka lahan baru, perusahaan agribisnis itu memilih jalan panjang: meningkatkan produktivitas melalui peremajaan tanaman dan efisiensi budidaya.
Presiden Direktur Astra Agro, Djap Tet Fa, mengatakan langkah tersebut menjadi komitmen perusahaan untuk menghadapi lonjakan kebutuhan pangan dan energi global.
Badan Pangan Dunia (WHO) memprediksi populasi dunia akan menyentuh 10 miliar jiwa pada 2050.
“Ke depan kita bicara soal ketahanan pangan dan energi. Dengan komitmen tidak menambah lahan, bagaimana produktivitas sawit bisa bertambah,” ujar Tet Fa, keterangan rilis, Minggu (2/11/2025).
Upaya utama yang kini dijalankan Astra Agro adalah replanting atau peremajaan tanaman sawit. Hingga kini, sekitar 30 persen kebun telah diremajakan, dan perusahaan menargetkan tambahan 8.000 hektare replanting dalam waktu dekat.
Menurut Tet Fa, tanaman sawit tua dengan tinggi mencapai 20 meter kerap menyulitkan pemanen dan menurunkan hasil tandan buah segar.
“Tanaman tinggi itu sedikit buahnya dibanding tanaman muda. Kalau dipertahankan, rendemen CPO juga rendah,” katanya.
Langkah ini, kata dia, bukan hanya soal efisiensi panen, tapi juga soal menjaga keberlanjutan industri sawit nasional di tengah tekanan global terhadap deforestasi.
“Kami ingin membuktikan, produktivitas bisa naik tanpa perlu menebang hutan,” ujarnya.
Dengan strategi replanting dan efisiensi lahan, Astra Agro berupaya menjawab dua tantangan besar sekaligus: menjaga lingkungan dan memenuhi kebutuhan pangan dunia.
“Kuncinya bukan di perluasan, tapi di inovasi,” kata Tet Fa. (zan)




