PONTIANAK –Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menegaskan komitmennya untuk menjaga reputasi industri sawit nasional. Terutama dalam menghadapi ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang berpotensi meningkat menjelang musim kemarau.
Melalui pendekatan preventif dan kolaboratif, GAPKI mengajak pemerintah, khususnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), serta pemerintah daerah untuk memperkuat sinergi pengendalian Karhutla.
Sekretaris Jenderal GAPKI, M. Hadi Sugeng mengatakan sejumlah langkah mitigasi telah dan terus dilakukan oleh para pelaku usaha sawit, terutama di wilayah yang memiliki tingkat kerawanan tinggi.
“Kami mendorong pendekatan berbasis komunitas, sembari tetap melakukan pengawasan terhadap kearifan lokal yang masih membuka lahan dengan cara dibakar,” ujarnya dalam sebuah pertemuan bersama Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq di Pontianak, Sabtu (17/5/2025).
Ia juga menambahkan bahwa dukungan dari pemerintah daerah menjadi elemen penting untuk memastikan keberhasilan pencegahan karhutla di lapangan.
“Kami butuh kolaborasi yang lebih sistemik, bukan hanya sekadar imbauan,” tegasnya.
Mitigasi Berbasis Data dan Infrastruktur Lapangan
GAPKI telah mengidentifikasi sejumlah titik rawan Karhutla, mulai dari lahan gambut dan mineral dalam konsesi, hingga area tidak dapat diusahakan (APL) dan kawasan di sekitar batas perusahaan.
Tindakan preventif seperti pembangunan embung air, sistem irigasi darurat, dan pemantauan kondisi kelembaban lahan secara rutin terus dilakukan.
Menariknya, Hadi menyebut bahwa mayoritas kebakaran di wilayah anggota GAPKI bukan akibat kesengajaan, melainkan karena kecelakaan dan kondisi alam ekstrem.
Meski begitu, organisasi terus memperketat peringatan dini kepada seluruh anggotanya menjelang puncak kemarau pada Juni–Agustus.
“Yang paling utama adalah menyadarkan masyarakat sekitar, karena dalam banyak kasus, api berasal dari luar wilayah perusahaan,” katanya.
Tinjauan Langsung di Lapangan, Bukan Sekadar Seremoni
Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan penguatan antisipasi, Menteri LHK bersama rombongan meninjau langsung kesiapan tim pemadam dan fasilitas pengendalian Karhutla milik PT Putra Lirik Domas di Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya.
Peninjauan ini menjadi bukti bahwa kerja-kerja pengendalian api di sektor sawit tak lagi bersifat administratif semata, tetapi menuntut kesiapan operasional di lapangan.
Tanggung Jawab Bersama, Reputasi Bersama
Komitmen GAPKI ini sejalan dengan semangat tanggung jawab kolektif dalam menjaga nama baik sawit Indonesia di mata dunia.
Reputasi industri sawit kini bukan hanya ditentukan oleh volume ekspor, melainkan juga oleh seberapa kuat kita mencegah dampak ekologis seperti Karhutla.
Bagi perusahaan sawit, langkah ini menjadi alarm sekaligus peluang: membuktikan bahwa bisnis berkelanjutan bukan slogan, tapi aksi nyata.
Bagi pemerintah, inilah momentum untuk mendorong kebijakan yang memberdayakan, bukan membebani. (bud)